twitter

undefined
undefined

Ya Allah....

Maafkanlah hati ku yang lemah ini...

Maafkanlah hati ku yang tidak sabar menerima cobaan Mu...

Buatlah hati ku kuat dan tegar menghadapi berbagai kesulitan hidup...

Ya Allah....

Engkau mengenal ku dan mengetahui keadaan ku lebih baik daripada aku sendiri mengenal Mu...

Engkau dapat menyusun tiap menit hidup ku dengan cara terbaik Mu...

Kekurangkepercayaan ku kadang membuat diri ku tidak serius mengetahui ke Mahatahuan Engkau...

Semoga Engkau membimbing ku untuk menjadi rendah hati dan melepaskan persepsi ku yang keliru tentang setiap rencana Mu...



Ya Allah....

Tidak ada yang bisa memberi kebahagiaan selain Engkau...

Tidak ada yang bisa mengambil kesedihan kecuali Engkau...

Tidak ada daya upaya melainkan kuasa Engkau...



Terima kasih untuk kebahagiaan ku hari ini....

Read More..
undefined
undefined

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu.” (Al-Maidah: 1)

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Segala perilakunya terjaga dari kekurangan dan keburukan. Sepak terjangnya memberi manfaat buat lingkungan sekitarnya. Pepohonan hijau lestari dalam kekuasaannya. Hewan-hewan tak terzalimi dengan tangan-tangan mukmin itu. Dan manusia sekitar merasa senang dengan kehadirannya.

Siapapun, yang di langit dan di bumi, akan menaruh simpati pada seorang mukmin sejati. Hampir tak satu pun buah amal yang dihasilkan muncul sia-sia. Tak ada yang mentah bergetah. Dan tak ada yang busuk berbau. Ucapannya begitu menyejukkan telinga yang mendengar. Dan janjinya begitu terpelihara.


Betapa beraninya seorang manusia yang mengobral janji. Seolah, tak pernah ada pertanggungjawaban dari janji yang ia sebar. Padahal, tak satu pun janji yang keluar dari lisan seorang kecuali sebuah utang yang harus dibayar. Seberapa besar dan sekecil apa pun, janji akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt.

Sungguh mulia baginda Rasulullah saw yang terkenal dengan sifat Al-Amin. Siapa pun yang pernah bergaul dengan beliau akan merasa puas, aman, dan hormat. Tak sekali pun Rasul mulia itu berdusta, walau dalam canda. Tak pernah terucap janji dari lisan beliau kecuali tertunaikan dengan sempurna. Tak ada satu amanah pun terpikul di pundak beliau, melainkan terlaksana memuaskan. Semuanya bergulir lancar, tanpa cacat.

Tak sedikit manusia yang lupa, lalai. Kesibukan duniawi telah menelantarkan seribu satu janji yang pernah terucap. Badai ambisi dan obsesi telah menenggelamkan semua kerikil janji: besar dan kecil. Kasih sayang Allalah yang telah menghidupkan kesadaran hamba Allah akan janji-janji mereka.

Betapa banyak janji yang telah terucap dari mulut seorang manusia. Ada janji-janji pasti yang terikrar sejalan dengan rute hidup yang telah ditempuh seorang anak Adam: janji pada Allah, jamaah dan dakwah, janji sebagai seorang yang mengemban amanah, sebagai suami atau isteri, sebagai orang tua kepada anak-anak, dan sebagai anggota masyarakat. Ada juga janji-janji lain yang lahir bersamaan dengan pergaulan sesama manusia.

1. Janji pada Allah

Sudahkah kita tunaikan janji kita pada Allah swt. Ucapan dua persaksian seorang mukmin kepada Allah dan Rasul adalah janji. Bahwa, tidak ada ilah selain Allah. Dan Muhammad sebagai utusan Allah.

Benarkah persaksian sakral itu telah kita jaga dengan seluruh kesungguhan. Masihkah kita menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita takuti selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita cintai selain Allah. Adakah hal lain yang lebih kita ikuti aturannya selain aturan Allah swt. Sudahkah kita letakkan sosok teladan bagi diri kita pada Rasulullah saw. Atau, ada idola-idola lain yang dengan penuh keridhaan tertancap kuat dalam hati kita yang paling dalam. Benarkah ungkapan cinta dan pengorbanan kita buat Allah dan RasulNya hanya sekadar hiasan bibir. Ungkapan yang sering terdengar, tapi berat dalam pembuktian.

Kita pun sering berucap janji lain pada Allah. Saat shalat, ada janji terucap. Tak kurang dari tujuh belas kali janji itu mengalir dari lidah kita. “Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.”

Benarkah? Benarkah seluruh diri kita secara khusyuk tunduk dalam ibadah hanya pada Allah. Benarkah hati kita hadir dengan seluruh keikhlasan pada Allah. Hanya karena dan untuk Allah. Atau, masih ada bayang-bayang lain selain Allah. Bagaimana mungkin seorang hamba Allah bisa menuntut terkabulnya doa secara sempurna, sementara nilai ibadahnya hanya separuh. Sebagian buat Allah, dan sisanya tercecer ke hal-hal lain: ingin dibilang saleh, dipuji, dihormati.

2. Janji pada Jamaah dan Dakwah

Sebagian besar sahabat ada yang telah berjanji setia pada Rasulullah. Janji setia atau bai’ah itu menjadi pagar yang senantiasa menjaga kelurusan jalan dakwah yang mereka tempuh. Kala tarikan-tarikan kepentingan duniawi mulai menggiring mereka ke jalan lain, janji bai’ah itu menjadi ingatan.

Mungkin, ada di antara kita yang sudah berjanji setia untuk istiqamah dalam jalan dakwah. Sungguh, janji setia itu adalah utang. Kalau ia tertunaikan dengan baik, kebaikan itu akan berpulang pada pelaku itu sendiri. Dan jika terkhianati, buruknya pengkhianatan itu pun akan berbalik pada sang pelaku. Semoga, Allah menjauhi kita dari jalan tempuh yang kedua itu.

Allah swt mengabadikan peristiwa bai’ah nan penuh makna itu dalam surah Al-Fath ayat 10. “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janji maka akibat pelanggaran itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

3. Janji pada Isteri

Berhati-hatilah buat mereka yang sudah menikah. Secara sadar dan disaksikan orang banyak, para suami telah menyatakan sebuah janji. Bahwa, mereka akan mempergauli isteri-isteri mereka dengan cara yang baik. Dan tidak akan lalai dari pemberian nafkah kepada isteri, baik yang lahir maupun batin.

Itulah janji pada isteri. Suatu saat, Allah swt yang juga diatasnamakan dalam janji itu akan minta pertanggungjawaban para suami. Sudahkah para suami menepati janji itu. Adakah ucapan itu benar-benar janji yang bermakna tinggi. Atau, hanya sekadar basa-basi formalitas. Dan akan terlupakan dalam hiruk-pikuk rutinitas kehidupan berumah tangga.

Pada saatnya, nilai janji seorang suami menjadi luntur dengan gerusan romantisme cinta sesaat. Itulah mungkin, kenapa ada seorang suami yang tega-teganya menelantarkan tanggungjawab sebagai suami hanya karena kebutuhan sesaat. Semoga Allah swt senantiasa menguatkan hati hamba-hamba Allah yang amanah dengan isterinya.

4. Janji pada Anak

Seringkali, seorang ayah atau ibu memberikan janji karena ingin mengalihkan perhatian anak. Mereka tidak sadar, kalau semua ucapan janji itu terekam kuat oleh anak. Ada anak yang berani menuntut. Tapi, tidak sedikit anak yang memendam kecewa. Suatu yang oleh orang tua remeh, padahal buat anak teramat besar.

Dari situlah, anak-anak belajar tentang janji. Seberapa suci dan tingginya sebuah janji sangat bergantung pada kepentingan. Anak-anak menyimpulkan bahwa janji hanya permainan. Bisa ditepati, bisa juga tidak. Tergantung pada kepentingan yang berjanji. Jika kepentingannya sudah terpenuhi, janji tinggallah janji: hanya ucapan basa-basi. Kelak, anak-anak akan mewariskan tabiat buruk itu.

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu, mereka yang senantiasa menjaga amanah dan janji yang telah terutangkan. Maha Benar Allah dalam firmanNya pada surah Al-Fath ayat 10. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya… Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.”
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/janjimu-adalah-utangmu/

Read More..
undefined
undefined

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu

membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :
“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
“Minumlah nak, aku tidak haus!” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri.
Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada disebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :
“Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata :
“Saya punya duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku
“Aku tidak terbiasa” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
“Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu ! ”

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah- tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu- alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” kemudian hari.

Wasalam...

Read More..
undefined
undefined

Kehadiran
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya.
Memang bisa juga hadir lewat surat, telepon, foto, atau faks. Namun dengan
berada di sampingnya, dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang
secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga
penting. Jadikan kehadiran sebagai pembawa kebahagiaan.

Mendengar
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab, kebanyakan orang lebih
suka didengarkan, ketimbang mendengarkan sudah lama diketahui bahwa
keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling
mendengarkan. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak
langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa
mendengar dengan baik, pastikan dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa
menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela,
mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya, ini memudahkan
memberikan tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau
penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

Diam
Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk
menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, diam
juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang".
Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur,
mengkritik, bahkan mengomel.

Kebebasan
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau
mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang
jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan
cinta. Makna kebebasan bukanlah "Kau bebas berbuat semaumu". Lebih dalam dari
itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung
jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

Keindahan
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih
ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan
tak salah jika mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi.

Tanggapan Positif
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negative terhadap pikiran, sikap,
atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari
dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan
tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali
dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang
dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah memujinya. Kedua hal itu,
ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf) adalah kado indah
yang sering terlupakan.

Kesediaan Mengalah
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi
cekcok yang hebat. Semestinya pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta
dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu ? Bila memikirkan hal
ini, berarti siap memberikan kado "kesediaan mengalah". Okelah, mungkin kesal
atau marah karena telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru
sekali itu, kenapa musti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ?
Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita
menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.:angel

Senyuman
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang
diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi
semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa
yang resah. Senyuman juga merupakan syarat untuk membuka diri dengan dunia
sekeliling kita. Kapan terakhir kali kita menghadiahkan senyuman manis pada
orang yang dikasihi ?

Read More..
undefined
undefined

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos 'Cinta Sejati', dan dibuai oleh impian 'Cinta Suci'. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta "Valentine's Day".

Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang yang selama ini menghiasi hati anda?

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.

Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).

Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.

Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?

Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.

Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.

Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.

Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?

Para ulama' sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu 'anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu 'anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.

Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu 'anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: "Bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu 'anhu." Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu 'anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu 'anhu.

Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu 'anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada 'Aisyah istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.

Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: "Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?"

Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya "memble" (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada 'Aisyah radhiallahu 'anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka 'Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:

يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.

"Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu 'Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)

Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu?(1)

Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.

Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?

Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره

"Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya)." (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)

Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:

كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ

Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).

Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.

Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:

فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102

"Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya." (Qs. Al Baqarah: 102)

Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?

Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.

Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?

Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه

"Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung." (Muttafaqun 'alaih)

Dan pada hadits lain beliau bersabda:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.

"Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi." (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)

Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tudak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.

الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67

"Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." (Qs. Az Zukhruf: 67)

Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه

"Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api." (Muttafaqun 'alaih)

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.

Yahya bin Mu'az berkata: "Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu." Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.

Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku...

Wallahu a'alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.

***

Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.

Footnote:

1) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kekhilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama' terdahulu):

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ

"Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama."

2) Tentang Harut dan Marut bukankah itu adalah nama malaikat ? Maka saya perlu untuk meluruskan penafsiran hal ini.

Benar, ada sebagian ulama' beanggapan bahwa dua nama ini adalah nama kedua malaikat yang diturunkan ke bumi untuk diuji.

Kronologinya: Dahulu para Malaikat memperolok-olok dan merasa keheranan dengan tingkah laku umat manusia. Maka Allahpun membuktikan bahwa ulah manusia itu tidak ada yang perlu diherankan, sebab mereka hidup dibekali dengan hawa nafsu. Dan untuk semamkin membuktikan akan hal itu, maka Allah meminta agar para malaikat memilih dua orang dari mereka yang hendak diuji dengan diberi hawa nafsu. Maka merekapun memilih Harut dan Marut, doa malaikat yang paling rajin dan paling bertaqwa. Akan tetapi tatkala keduanya telah diberi hawa nafsu, dan diturunkan di muka bumi, maka keduanya membuat kerusakan seperti yang dilakukan oleh manusia.

Saudaraku! Perlu diketahui bahwa kisah ini tidak benar adanya, karena alasan berikut:

1- Kisah ini bersumber dari bani israil (israiliyat) sehingga tidak layak (dijadikan dalil). Setelah Ibnu Katsir merinci berbagai riwayat yang menjadi dasar anggapan ini, beliau menyimpulkan: "Dari ini semua, terbukti bahwa kisah ini bersumber dari penuturan Ka'ab Al Ahbar, yang pada gilirannya ia menukilkannya dari kitab-kitab Bani Israil.". (Tafsir Ibnu Katsir 1/355)

Pada kesempatan lain, beliau berkata : "Singkat kata, perincian cerita itu bersumberkan dari dongeng-dongeng Bani Israil, karena tidak pernah ada satupun hadits shahih dari Nabi Muhammad, yang memiliki sifat ma'shum (terlindung dari kesalahan) dan yang tidak berkata-kata atas dasar hawa nafsunya.' (Tafsir Ibnu Katsir 1/360)

2- Malaikat adalah makhluq Allah yang taat dan patuh kepada Allah Ta'ala, sehingga tidak mungkin dan tidak masuk di akal bila ada oknum dari mereka yang mengajarkan ilmu sihir kepada manusia. Padahal kita semua tahu, bahwa ilmu sihir adalah kekufuran. Sehingga penafsiran ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Ta'ala pada surat Al A'araf 206, & Al Anbiya' 26-27. Terlebih-lebih menurut kisah-kisah Israiliyat yang ada, kedua malaikat yang diturunkan ke bumi itu ternyata adalah malaikat Jibril dan Mikail. Tentu ini adalah suatu hal aneh dan tidak dapat diterima nalar sehat.

Oleh karena itu, Ibnu Katsir dan juga lainnya menegaskan bahwa penafsiran yang benar dalam hal ini, Harut dan Marut adalah nama dua orang yang tinggal di negri Babil (Iraq). Keduanya mengajarkan sihir kepada masyarakat kala itu. Setelah usai menjelaskan maka ini, Ibnu Katsir berkata : "Inilah pernafsiran yang paling tepat dan benar, karenanya tidak perlu merisaukan pendapat-pendapat lainnya." (tafsir Ibnu Katsir 1/351) Wallahu Ta'ala a'alam

Read More..
undefined
undefined

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Kita masih melanjutkan pembahasan do'a yang singkat namun penuh makna. Do'a ini kami bawakan dari kitab Riyadhus Shalihin - An Nawawi, pada Bab Ad Da'awaat (Doa-doa). Semoga sajian do'a berikut bermanfaat.

Do’a Memperbaiki Urusan Agama dan Dunia

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa 'ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma'aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj'alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj'alil mauta roohatan lii min kulli syarrin.”

[Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!]

Dari Abu Hurairah dia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ »

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa sebagai berikut:

"Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa 'ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma'aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj'alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj'alil mauta roohatan lii min kulli syarrin."

[Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng (ishmah) urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!] (HR. Muslim no. 2720). An Nawawi membawakan hadits ini dalam bab “Berlindung dari sesuatu yang telah diamalkan dan apa-apa yang belum diamalkan.”

Faedah hadits:

1. Islam adalah benteng yang melindungi seseorang agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan ketergelinciran serta menjaga dari kesesatan dan sekedar mengikuti hawa nafsu.
2. Seorang muslim beramal untuk dunianya seaka-akan ia hidup selamanya dan dia beramal untuk akhiratnya seakan-akan ia akan mati besok.
3. Seharusnya umur panjang seorang muslim dijadikan sebagaimana sarana untuk menambah amalan kebaikan dan ketaatan.
4. Kematian adalah kebebasan dari segala kejelekan. Maksudnya, boleh jadi seseorang di dunia hidup lama, namun hanya kerusakan yang ia perbuat. Oleh karenanya, kematian itulah yang menyebabkan ia terbebas dari banyak kejelekan.
5. Karena hidup yang sementara dan kematian yang pasti datang, maka hendaklah setiap hamba memperbaiki ibadahnya dan mengokohkan amalannya, bertawakkal dan selalu meminta tolong pada Allah.

Sebagai renungan!

Dari Abu Bakroh, ia berkata,

أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa manusia yang baik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa manusia yang jelek?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya namun jelek amalnya” (HR. Tirmidzi no. 2330 dan Ad Darimi no. 2742, shahih lighairihi)

Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat dan bisa diamalkan oleh kaum muslimin sekalian.



Referensi:

Bahjatun Naazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Salim bin ‘Ied Al Hilali, cetakan Dar Ibnul Jauzi, jilid II, cetakan pertama, tahun 1430 H.

Syarh Riyadhish Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, jilid IV, cetakan ketiga, tahun 1424 H



Diselesaikan sore hari, 8 Jumadil Awwal 1431 H (22/04/2010) di Pangukan-Sleman

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com

Dipublikasikan oleh: www.krisnabharatayudha.blogspot.com

Read More..
undefined
undefined

Di antara do’a lainnya yang disebutkan oleh An Nawawi rahimahullah dalam kitab Riyadhush Sholihin yaitu do’a yang ringkas namun penuh makna adalah do’a berikut ini. Do’a ini berisi permintaan agar dianugerahi akhlak yang mulia, juga agar diberikan taufik untuk dapat beramal sholih.

Do’a tersebut adalah: “Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’.”

Hadits yang menyebutkan do’a tersebut adalah:

Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

Faedah dari hadits dan do’a di atas:

1. Dalam do’a ini kita meminta perlindungan dari akhlak yang jelek. Do’a ini mencakup kita meminta berlindung dari akhlak yang jelek dari sisi syari’at. Termasuk pula kita meminta perlindungan pada Allah dari sesuatu yang dikenal jelek secara batin.
2. Do’a ini mencakup berlindung dari akhlak mungkar seperti begitu takjub dengan diri sendiri, sombong, berbangga diri, hasad dan melampaui batas.
3. Do’a ini mencakup kita berlindung pada Allah dari amalan yang mungkar, yaitu amalan yang zhohir atau ditampakkan.
4. Do’a berlindung dari amal yang mungkar mencakup zina, minum khomr dan bentuk keharaman lainnya.
5. Do’a ini juga mencakup meminta perlindungan pada keinginan atau nafsu yang mungkar. Dan kebanyakan hawa nafsu mengantarkan kepada kejelekan, itulah umumnya.
6. Do’a berlindung dari keinginan atau nafsu yang mungkar mencakup berlindung dari aqidah yang jelek, niatan-niatan yang batil, dan pemikiran yang sesat.
7. Do’a ini mendorong kita agar berakhlak yang mulia dan beramal yang sholih.

Semoga yang singkat ini bermanfaat.

Referensi:

Nuhzatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Sa’id Al Khin, hal. 1011, Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat belas, 1407 H.

Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Mubarakfuri, 10/36, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.

Artikel www.rumaysho.com

Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal

Wisma MTI Pogung Kidul - Sleman, 27 Jumadits Tsani 1431 H, 09/06/2010

Dipublikasikan oleh: krisnabharatayudha.blogspot.Com

Read More..
undefined
undefined

Syukur adalah memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah ia kuasakan kepada anda.

Syukur seorang hamba itu terdiri atas tiga rukun – dan ketiga-tiganya harus ada. Yaitu;

1. Secara batin mengakui nikmat.
2. Secara lahir membicarakannya.
3. Menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepad Allah‘Azza wa Jalla.

Jadi, syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan sekaligus. Hati untuk ma’rifal dan mahabbah. Lisan untuk memuji. Anggota badan untuk menggunakannya dalam menaati Allah dan mencegah dari bermaksiat kepada-Nya.

Allah ‘Azza wa Jalla telah menyebut syukur dan iman secara beruntun. Dia menyatakan, tidaklah perlu mengadzab makhluk, jika mereka bersyukur dan beriman.

مَايَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ

“Mengapa Allah mengadzab kalian, jika kalian bersyukur dan beriman.” (Qs. An-Nisa: 147)

Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan bahwa di antara hamba-hamba-Nya, yang berhak atas karunia-Nya adalah mereka yang pandai bersyukur.

وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلآءِ مَنَّ اللهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَآ أَلَيْسَ اللهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

“Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan yang lain, supaya mereka berkata, ‘Apakah mereka orang-orang yang diberi karunia oleh Allah di antara kami?’ Bukankah Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Al-An’am: 53)

Allah ‘Azza wa Jalla membagi manusia menjadi dua; syakuur (yang bersyukur) dan kaafuur (yang kufur). Hal yang paling dimurkai oleh-Nya adalah kekafiran dan orang-orang kafir. Sedangkan, hal yang paling dicintai oleh-Nya adalah kesyukuran dan orang-orang yang pandai bersyukur.

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

“Sungguh telah Kami tunjukkan kepadanya jalan itu. Adakalanya ia bersyukur dan adakalanya ia kufur.” (Qs. Al-Insan: 3)

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah bagi kalian. Dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku itu amatlah berat.” (Qs. Ibrahim: 7)

Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tambahan (rezeki), tergantung kepada kesyukuran. Dan tambahan dari-Nya adalah tambahan yang tiada batas, sebagaimana syukur itu sendiri juga tiada batas. Allah ‘Azza wa Jalla juga menjadikan banyak pahala bergantung kepada kehendak-Nya. Seperti,

فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَآءَ

“Maka, pastilah Allah akan menjadikan kalian kaya dengan karunia-Nya, jika Dia menghendaki.” (Qs. At-Taubah: 28)

وَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ

“Dan Allah memberikan ampunan bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (Qs. Al-Maidah: 40)

وَيَتُوبَ اللهُ عَلَى مَن يَشَآءُ

“Dan Allah menerima taubat dari siapa saja yang Dia kehendaki.” (Qs. At-Taubah: 15)

Allah ‘Azza wa Jallamenjadikan balasan syukur tanpa pembatasan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ

“Dan Kami akan membalas orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Ali-Imran: 145)

Tatkala Iblis mengerti nilai syukur sebagai kedudukan tertinggi dan termulia, maka ia pun mencanangkan tujuan akhirnya, yaitu menjauhkan manusia dari bersyukur.

ثُمَّ لاَتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَتَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Lalu aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari samping kanan, dan dari samping kiri. Sehingga Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Qs. Al-Araf: 17)

Allah ‘Azza wa Jalla pun menyebutkan bahwa orang-orang yang bersyukur itu sedikit.

وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Dan sedikit saja dari hamba-hambKu yang pandai bersyukur.” (Qs. Saba’: 13)

Termuat dalam Shahih Bukhari dan, bahwa Nabi bangun malam sampai pecah-pecah kedua (telapak) kaki beliau. Ditanyakan kepada beliau, “Engkau melakukan semua ini, padahal Allah telah mengampuni semua dosamu baik yang sudah maupun yang akan berlalu?” Beliau menjawab, “Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kepada Mu’adz Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَ اللهِ إِنِّي لأُحِبُّكَ فَلاَ تَنْسَ أَنْ تَقُوْلَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ: اللّهُمَّ أَعِنِّي عَلي ذِكْرِكَ ,َشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka, di setiap penghujung shalat janganlah kamu lupa membaca (artinya), ‘Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepada-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.’” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Adz-Dzahabi)

Syukur adalah pengikat nikmat dan penyebab bertambahnya nikmat tersebut. Umar bin Abdul Aziz berkata, “Ikatlah nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dengan bersyukur kepada-Nya.”

Ibnu Abu Dunya meriwayatkan, kepada seorang laki-laki dari Hamadzan, Ali bin Abi Thalib berkata, “Sesungguhnya nikmat itu berhubungan dengan syukur. Sedangkan syukur itu berkaitan dengan maziid (penambahan nikmat). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya syukur dari hamba”.

Hasan Al-Bashri berujar, “Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya itu adalah kesyukuran. Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk menceritakan nikmat Rabbnya. Dia berfirman:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan adapun tentang nikmat Rabb-mu, maka ceritakanlah!” (Qs. Adh-Dhuha: 11)

Allah‘Azza wa Jalla menyukai terlihatnya bekas-bekas nikmat-Nya kepada seorang hamba. Itu adalah syukur dalam wujud perbuatan.

Adalah Abu Al-Mughirah, jika ditanya tentang kabarnya, menjawab, “Pagi ini, kita tenggelam di dalam nikmat, tetapi lemah di dalam bersyukur. Rabb kita menampakkan cinta-Nya kepada kita, padahal Dia tidak membutuhkan kita. Sedangkan kita menampakkan kebencian kepada-Nya, padahal kita sangat membutuhkan-Nya.”

Syuraih berujar, “Setiap kali seorang hamba ditimpa suatu musibah, pasti di sana ada tiga nikmat Allah ‘Azza wa Jalla. Musibah itu tidak berkenaan dengan diin-nya, musibah itu tidak lebih berat daripada yang terjadi, dan musibah itu pasti akan terjadi lalu telah terjadi.”
Yunus bin Ubaid menceritakan seseorang telah bertanya kepada Abu Ghanimah, “Bagaimana keadaanmu?” Ia menjawab, “Pagi ini aku dalam keadaan mendapat dua nikmat yang aku tidak tahu mana yang lebih baik. Yaitu dosa-dosa yang Allah tutupi sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menelanjangiku karenanya, serta kecintaan yang Allah semaikan di dalam hati manusia yang tidak akan mampu dicapai oleh amal-amaku.”

Dalam mengomentari ayat:

سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لاَيَعْلَمُونَ

“Akan Kami beri istidraaj (ujian) kepada mereka dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs. Al-A’raf: 182)

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Mereka diliputi oleh kenikmatan dan terhalangi dari bersyukur.” Banyak juga yang menafsirkan, “Setiap kali mereka berbuat dosa, setiap kali itu pula mereka diberi nikmat.”

Seseorang bertanya kepada Abu Hazim. “Apakah syukurnya dua mata itu, wahai Abu Hazim?” Ia menjawab, “Jika kamu melihat kebaikan sebarkanlah, dan jika kamu melihat keburukan tutupilah!”

Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana syukurnya dua telinga?” Abu Hazim menjawab, “Jika kamu mendengar kebaikan peliharalah, dan jika kamu mendengar keburukan cegahlah!”

Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana syukurnya dua tangan?” Abu Hazim menjawab, “Jangan kamu gunakan ia untuk mengambil barang yang bukan haknya! Juga penuhilah hak Allah yang ada pada keduanya!”

Orang itu bertanya lagi, “Lalu bagaimana syukurnya perut?” Abu Hazim menjawab, “Hendaknya makanan ada di bagian bawah, sedangkan yang atas dipenuhi dengan ilmu!”

Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana syukurnya kemaluan?” ia menjawab dengan membaca firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ 5. إِلاَّعَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْمَامَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ 6. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَآءَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ .7

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka. Kecuali kepada istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki. Maka mereka tidaklah tercela. Dan barangsiapa mencari selain itu semua, merekalah orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Al-Mukminun: 5-7)

Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana syukurnya dua kaki?” Ia menjawab, “Jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, segera teladani amalannya. Dan jika mayit itu orang yang tidak baik, segera jauhi amal-amal yang dia kerjakan, kamu bersyukur kepada Allah! Sesungguhnya orang yang hanya bersyukur dengan lisannya itu seperti seseorang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia pun tidak terlindungi dari panas, dingin, salju dan hujan.”

Beberapa ulama menulis surat kepada saudaranya. “Pagi ini kami diberi nikmat oleh Allah yang tidak terhingga, padahal kami banyak bermaksiat kepadanya. Kami tidak tahu terhadap yang mana kami harus bersyukur; terhadap keindahan yang dimudahkan ataukah terhadap dosa-dosa yang ditutupi?”
Sumber: Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Imam al-Ghazali, Pustaka Arafah
Dipublikasikan oleh: www.krisnabharatayudha.blogspot.com

Read More..
undefined
undefined

Kadangkala seseorang mempunyai keinginan kuat untuk menjaga waktunya dalam ketaatan kepada Allah. Misalnya, dia menetapkan dua jam setelah Isya untuk mencari ilmu agama, dua jam berikutnya untuk qiyamul lail (shalat malam). Apabila datang waktunya, dia mulai menjalankan programnya. Tetapi, ketika program baru berjalan setengah atau satu jam dari awal pelaksanaan, dia mulai merasakan kebosanan dan kejenuhan merayap dalam hatinya. Ia merasakan, keinginannya mulai mengendur dan melemah.

Dalam situasi ini – dan di bawah pengaruh bujuk rayu setan dan usahanya membuat seorang hamba bermalas-malasan dalam memanfaatkan waktunya – dia akan menghentikan ibadahnya dan tidak lagi melanjutkan program-program yang dia rancang untuk dirinya sendiri. Bukannya memanfaatkan waktu, malah justru dia pergi tidur atau berbicara tanpa manfaat dengan alasan ia telah bosan dan jenuh dan bahwa ia tidak lagi mampu melanjutkan dan meneruskan. Demi Allah, ini adalah kerugian besar.

Pada hakikatnya, kebosanan – yang sebetulnya bukan kebosanan ini – adalah bisikan setan bahkan ia adalah tipuan dan makar setan kepada jiwa. Dengannya setan menggoda seseorang bahwa dia tidak lagi mampu melanjutkan program-programnya untuk menjaga waktunya, setan membisikkan kepada dirinya bahwa dia telah jenuh dan bosan dalam melakukan ketaatan.

Dalam kondisi ini, akibat yang sangat disesalkan adalah dia meninggalkan ketaatan dengan alasan istirahat, refreshing dan mengusir kejenuhan dari dalam diri. Kemudian setiap kali seseorang berkeinginan memanfaatkan waktunya untuk amal kebajikan, setan selalu membisikkan bahwa dia sekarang ini dalam kondisi bosan dan jenuh. Maka, jalan keluarnya (menurut versi setan) adalah menunda ketaatan dan amal-amal kebajikan sampai berakhirnya masa kebosanan (yang pada hakikatnya bukanlah kebosanan). Selanjutnya, ia akan menjadi bulan-bulanan setan. Ia akan terus membuatnya malas dalam ketaatan, satu demi satu. Akhirnya, ia berujung pada meninggalkan kewajiban-kewajiban agama. Inilah puncak musibah.

Jika Anda mengatakan, “Tetapi saya memang benar-benar jenuh setiap saya berniat memanfaatkan waktu untuk kebaikan bukan sekedar jenuh karena bisikan setan. Lalu, apa solusi dan pemecahan masalah ini?” Saya menjawab, “Saya sebutkan beberapa saran dan pemecahan mudah-mudahan Allah memberi manfaat karenanya.”

1. Mengubah posisi duduk. Misalnya, Anda membaca Al-Quran dengan posisi duduk seperti duduk tahiyat, kemudian Anda merasa jenuh, maka ubahlah duduk Anda dengan bersila untuk mengusir kebosanan dan kejenuhan.

2. Membasuh muka dengan air dingin pada saat mulai merasakan kemalasan dan kejenuhan.

3. Mengubah bentuk ibadah yang Anda lakukan. Apabila Anda shalat selama satu setengah jam, kemudian Anda merasakan kebosanan, maka gantilah dengan ibadah yang lain. Seperti berdzikir, beristighfar, atau menuntut ilmu selama satu jam atau satu setengah jam. Anda akan mendapati diri Anda bergairah kembali untuk melaksanaan shalat. Maka kembalilah lakukan shalat Anda dalam keadaan nyaman, segala kejenuhan telah pergi dari Anda.

4. Apabila Anda merasa malas, sementara Anda sedang berada di ruangan tertentu, maka pindahlah ke ruang lain bila hal itu memungkinkan.

5. Menghirup udara segar, bisa di jalan atau berdiri di samping jendela untuk beberapa saat, merupakan sarana efektif untuk mengusir kejenuhan.

6. Apabila Anda sedang membaca suatu buku, kemudian Anda merasakan kemalasan, maka berjalan dan berkelilinglah di sekitar rumah untuk beberapa saat. Hal ini bisa mengembalikan semangat dan memicu gairah.

7. Di antara cara mengusir kemalasan adalah berbicara dengan orang lain, seperti orang tua atau salah satu saudara di rumah atau menelepon salah seorang teman. Dengan syarat, pembicaraannya harus terbebas dari kemaksiatan. Begitu juga jangan berlama-lama, sebab hal itu bisa menyeret kepada kesia-siaan yang tidak berguna, yang justru memecah konsentrasi dan melemahkan semangat.

8. Beristirahat sebentar ketika meresa jenuh dengan mengambil waktu sejenak untuk beristirahat. Tetapi hendaknya berhati-hati, jangan sampai istirahat sejenak ini berubah menjadi tidur panjang.

9. Mengubah anggota badan dalam melaksanakan ibadah. Misalnya, Anda membaca dengan menggunakan indera mata. Apabila di tengah-tengah membaca Anda merasa jenuh, maka ubahlah anggota badan dengan berganti mendengar kajian pendidikan ilmia. Karena mendengar kaset bergantung kepada telinga, bukan mata. Apabila Anda mulai malas mendengar, maka gantilah dengan menulis dan mencatat yang berpijak pada tangan. Dan begitu seterusnya, berpindah-pindah dari satu anggota badan ke anggota badan yang lain. Kebosanan hilang berganti dengan semangat.

10. Apabila Anda merasa jenuh membaca, maka siapkanlah secangkir teh, atau kopi, sari buah atau susu. Hal itu bisa mengambilkan semangat dan memperbaharui motivasi.

11. Mandi dengan air dingin untuk mengusir rasa jenuh dan malas pada anggota badan.

12. Melakukan aktifitas jasmani yang ringan dan tidak memerlukan waktu lama. Seperti menata buku-buku di perpustakaan atau menyusun kaset-kaset di almari atau mengatur dan menata kamar. Aktifitas ringan ini bisa mengusir kemalasan, mengembalikan energi dan semangat dalam jiwa untuk kembali melakukan ketaatan kepada Allah.

Sumber: 125 Kiat Orang-orang Terdahulu Menjadikan Waktu Produktif, Abul Qa'Qa Muhammad bin Shalih, Elba.

Read More..
undefined
undefined

Ingatlah: "Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua." (Adabul Mufrad no. 2, shahih)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga." (HR. Muslim no. 2551)



Beberapa faedah dari hadits ini:

1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan jelek bagi orang yang durhaka pada orang tua. Yang dimaksud “roghima anfuh” adalah hidungnya ditempeli debu. Dan maksud perkataan seperti ini adalah doa kejelekan yaitu doa kehinaan dan kefakiran.
2. Berbakti pada orang tua adalah menaati dan mendahulukan perintahnya, berakhlaq yang mulia di hadapannya, menjalin hubungan dengan koleganya dan selalu mendoakannya. Jadi, jangan dipahami bahwa namanya berbakti pada keduanya hanyalah menuruti apa yang mereka cita-citakan. Namun beraklaq yang mulia dan tutur kata yang baik juga merupakan kebaktian pada keduanya.
3. Berbakti pada orang tua merupakan suatu kewajiban baik di kala mereka berada di usia senja atau pun di usia muda.
4. Hadits ini dikhusukan berbakti pada mereka ketika usia senja (tua). Hal ini menunjukkan sangat ditekankannya berbakti ketika itu karena berbakti kepada keduanya ketika mereka berada pada usia senja terasa berat dan sulit.
5. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar. Sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits lainnya, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah."Beliau lalu bersabda,"(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), "Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Durhaka pada orang tua menyebabkan seseorang menjauh dari rahmat Allah dan berhak mendapat siksa neraka.
7. Contoh durhaka pada keduanya adalah enggan menaati perintahnya, berkata kasar pada keduanya, berakhlaq yang jelek pada keduanya dan sering membuat mereka merasa sedih.
8. Tidak boleh menaati kedua orang tua dalam rangka berbuat maksiat pada Allah. Menaati mereka hanyalah dalam kebaikan saja dan bukan dalam kemungkaran.
9. Berbakti pada orang tua adalah jalan menuju surga.

Demikian beberapa faedah dari hadits di atas. Kami harap para pengunjung bisa membaca tulisan di web ini dengan judul "Ibu, Ayah ... Aku Ingin Meraih Surga". Semoga bisa menjadi pelengkap.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita, apalagi jika diberi kesempatan dengan keberadaan di sisi kita.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Panggang-Gunung Kidul, 8 Shofar 1431 H

Dipublikasikan oleh: krisnabharatayudha.blogspot.Com

Read More..
undefined
undefined

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma'in.

Mungkin sebagian orang masih ragu mengenai masalah ini. Ada yang masih ngotot bahwa pemimpin boleh-boleh saja dari kaum wanita. Caleg, Bupati, Gubernur dan Presiden boleh saja dari wanita. Namun tentu saja yang menjadi hakim dalam pro-kontra yang ada adalah bukanlah hawa nafsu. Kalau dengan hawa nafsu, maka semua akan berbicara seenaknya berbicara sendiri. Allah dan Rasul-Nya lah sebaik-baik hakim dalam masalah ini.

Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini kami ingin meluruskan persepsi sebagian orang mengenai hal ini. Namun, kami bukan maksud membela golongan tertentu atau meremehkan mereka. Tidak sama sekali. Yang kami sajikan hanyalah perkataan Allah dan Rasul-Nya (dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam), bukan pendapat si A dan si B yang bisa saja salah. Semoga Allah memberi taufik pada siapa saja yang membaca tulisan ini.
Dalam Al Qur’an, Kaum Laki-laki adalah Pemimpin bagi Kaum Wanita

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Qs. An Nisaa’ : 34)

Bagaimana maksud ayat ini menurut para ulama yang mendalam ilmunya?

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim mengatakan mengenai ’ar rijaalu qowwamuna ’alan nisaa’, maksudnya adalah laki-laki adalah pemimpin wanita. (Ad Darul Mantsur, Jalaluddin As Suyuthi)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Laki-lakilah yang seharusnya mengurusi kaum wanita. Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, sebagai hakim bagi mereka dan laki-lakilah yang meluruskan apabila wanita menyimpang dari kebenaran. Lalu ayat (yang artinya), ’Allah melebihkan sebagian mereka dari yang lain’, maksudnya adalah Allah melebihkan kaum pria dari wanita. Hal ini disebabkan karena laki-laki adalah lebih utama dari wanita dan lebih baik dari wanita. Oleh karena itu, kenabian hanya khusus diberikan pada laki-laki, begitu pula dengan kerajaan yang megah diberikan pada laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, ”Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.” Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits ‘Abdur Rohman bin Abu Bakroh dari ayahnya. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim pada tafsir surat An Nisaa’ ayat 34)

Asy Syaukani rahimahullah juga mengatakan bahwa maksud ’qowwamuna’ dalam ayat ini: laki-laki seharusnya yang jadi pemimpin bagi wanita. (Fathul Qodir pada tafsir surat An Nisaa’ ayat 34)

Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Kaum prialah yang mengurusi kaum wanita agar wanita tetap memperhatikan hak-hak Allah Ta’ala yaitu melaksanakan yang wajib, mencegah mereka dari berbuat kerusakan. Kaum laki-laki (baca: suami) berkewajiban pula mencari nafkah, pakaian dan tempat tinggal bagi kaum wanita.” (Taisir Karimir Rahman)

Dalam surat An Nisaa’ ayat 34 juga terdapat dalil lain yang menunjukkan bahwa laki-laki adalah pemimpin wanita yaitu pada ayat:
فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا

”Kemudian jika mereka (para istri) mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa istri harus menaati suaminya, bukan sebaliknya suami harus mentaati istri. (Tafsir Al Qur’an Lil Utsaimin, 5/81, Mawqi’ Al ’Allamah Al Utsaimin)

Jika laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dalam rumah tangga yang lingkupnya lebih kecil, bagaimana mungkin wanita dibolehkan jadi pemimpin bagi desa, kecamatan, kabupaten, propinsi apalagi negara!!

Banyak Ayat Lain dalam Al Qur’an yang Mendukung Hal Ini

Pertama; Allah melebihkan derajat laki-laki daripada wanita
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al Baqarah: 228)

Kedua; Para Nabi dan Rasul adalah laki-laki.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri.” (Qs. Yusuf : 109)

Ketiga; Para istri Nabi berada di bawah kekuasaan para Nabi.
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing).” (Qs. At Tahrim:10)

Kata-kata di bawah dalam ayat ini menunjukkan bahwa wanita itu dipimpin, bukan yang memimpin. Ketentuan ini bukan hanya syari’at Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, namun juga ini adalah ketentuan nabi terdahulu yaitu Nabi Nuh ’alaihis salam.

Keempat; Warisan laki-laki setara dengan dua wanita.
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.” (Qs. An Nisa': 11)

Saksi laki-laki setara dengan dua wanita (dalam transaksi finansial bukan dalam semua persaksian), sebagaimana firman-Nya yang artinya,”Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (Qs. Al Baqarah: 282)

5 Bukti: Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam Menetapkan bahwa Kaum Laki-laki Seharusnya Yang Memimpin

Bukti pertama; Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah mengangkat pemimpin (amir) dari kaum wanita.

Bukti kedua; Imam shalat tidak pernah seorang wanita, tetapi seorang laki-laki. Bahkan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam ketika sakit tidaklah menyuruh istrinya untuk menjadi imam.

Bukti ketiga; Hak laki-laki lebih mulia daripada wanita.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada yang lain, tentu akan kuperintahkan wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi no. 1159. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Bukti keempat; Wanita harus izin kalau ingin puasa sunnah. Hal ini ditegaskan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam barsabda,
لا يحل للمرأة أن تصوم وزوجها شاهد إلا بأذنه

“Hendaklah wanita tidak berpuasa (sunnah) apabila suaminya ada di rumah selain dengan seizin suaminya.”(HR. Bukhari)

Pesan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ini ditujukan kepada sang isteri bukan kepada suami, karena suami adalah pemimpin.

Bukti kelima; Laki-laki wajib ditaati, sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

“Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya enggan mendatanginya, sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah, maka malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menunjukkan bahwa suami punya hak memerintah isterinya karena suami adalah pemimpin.

Bukti lain dari sejarah Islam adalah bahwa semua para Rasul dan Nabi adalah laki-laki, begitu juga semua khalifah ada laki-laki dan pemimpin pasukan tempur untuk melawan musuh juga seorang laki-laki.

Bersambung insya Allah ...

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Dipublikasikan oleh: www.krisnabharatayudha.blogspot.com

Read More..
undefined
undefined

“Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah:

‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warna...nya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.

Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:

Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168)

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)

Read More..
undefined
undefined

Biasanya postingan terbaru akan ditampilkan dihalaman utama blog. Namun jika postingan kamu terlalu panjang maka hal tersebut akan membuat penuh halaman utama. Jika kamu ingin supaya postingan kamu yang ditampilkan dihalaman utama cuma abstraksinya saja kemudian ada sebuah link Read More / Baca Selengkapnya untuk melihat selengkapnya maka ikutilah langkah-langkah berikut :

1. Login ke Blogger
2. Pilih Layout --> Edit HTML
3. Kamu mau memback-up template kamu dulu nggak?, kalo iya kilik tulisan Download Template lalu simpan.
4. Beri tanda centang pada kotak yang bertuliskan Expand Template Widget
5. Kopi kode berikut ini dan taruh tepat diatas kode
<script src='http://kendhin.890m.com/Readmore.js'
type='text/javascript'/>


6. Sudah? sudah belum? ditanya kok diam aja gimana sih ? :x
7. Kalo sudah cari kode dibawah ini
<div class='post-header-line-1'/>
8. Nha dibawahnya kan ada kode gini <div class='post-body entry-content'&gt; Nha ganti kode tersebut menjadi seperti ini:
<div class='post-body entry-content' expr:id='"post-" + data:post.id'>
<b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>


9.Terus dibawahnya kan kan ada kode gini
<p><data:post.body/></p>


10. Tembahkan kode ini dibawahnya.
<b:else/>
<style>#fullpost {display:none;}</style>
<p><data:post.body/></p>
<span id='showlink'>
<p><a expr:onclick='"javascript:showFull(\"post-" + data:post.id + "\");"' href='javascript:void(0);'>[+/-] Selengkapnya...</a></p>
</span>
<span id='hidelink' style='display:none'>
<p><a expr:onclick='"javascript:hideFull(\"post-" + data:post.id + "\");"' href='javascript:void(0);'>[+/-] Ringkasan...</a></p>
</span>
<script type='text/javascript'>checkFull("post-" + "<data:post.id/>")</script>
</b:if>


11. jadi seluruh kodenya akan menjadi seperti ini :
<div class='post-header-line-1'/> 
<div class='post-body entry-content' expr:id='"post-" + data:post.id'>
<b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>
<p><data:post.body/></p>

<b:else/>
<style>#fullpost {display:none;}</style>
<p><data:post.body/></p>
<span id='showlink'>
<p><a expr:onclick='"javascript:showFull(\"post-" + data:post.id + "\");"' href='javascript:void(0);'>[+/-] Selengkapnya...</a></p>
</span>
<span id='hidelink' style='display:none'>
<p><a expr:onclick='"javascript:hideFull(\"post-" + data:post.id + "\");"' href='javascript:void(0);'>[+/-] Ringkasan...</a></p>
</span>
<script type='text/javascript'>checkFull("post-" + "<data:post.id/>")</script>
</b:if>


12. Tulisan 'Selengkapnya' dan 'Ringkasan' bisa diganti dengan apa aja kata yang kamu suka.
13. Lalu simpan template.
14. Pilih menu Setting -->> Formatting
15. Di bagian bawah ada kotak yang disampingnya ada tulisan "Post Template", dan isikan kode dibawah ini ke dalamnya lalu simpan setting.
<span id="fullpost">
</span>


Selesai....
Ohya, kalo memposting pilih yang "Edit Html", letakkan abstraksi posting yg akan ditampilkan di halaman muka di atas kode <span id="fullpost"> sementara sisanya yaitu keseluruhan posting letakkan di antara kode <span id="fullpost"> dan </span>

Read More..
undefined
undefined

Cara membuat blog di Blogger Blogspot panduan tutorial praktis bikin blog dalam 5 menit bagi pemula
Oleh fatihsyuhud.com

Membikin blog di blogger.com / blogspot sungguh sangat mudah karena blogger.com milik Google.com. Karena itu apabila Anda sudah punya email gmail.com, Anda tinggal langsung daftar di blogger.com. Singkatnya ikuti langkah singkat berikut:

1. Kunjungi www.blogger.com
2. Masukkan account Gmail di “nama pengguna (Email)” dan password di “Kata Sandi”. (Gambar 1)
Kalau belum punya Gmail, daftar dulu di Gmail.com, atau di Yahoomail.com.
a. Isi “Nama Tampilan” di kotak. Contoh: Nama Saya
b. Kasih tanda tik (check) pada “Penerimaan Persyaratan”
c. Klik “Lanjutkan”. (Gambar 2)
3. Pada “Judul Blog” : isi dengan Judul yang diinginkan. Contoh Fatih Syuhud Blog
4. Pada “Alamat Blog” : isi dengan alamat URL. Contoh, fatihsyuhud.
Jangan lupa klik “Cek Ketersediaan” untuk mengetahui apakah alamat URL yang dipilih belum ada yang punya. Coba buat alamat lain kalau alamat tidak tersedia.(Gambar 3)
5. Klik “Lanjutkan”
6. Pada “Pilih Sebuah Template” klik “Lanjutkan” (Gambar 4)
7. “Blog Anda Telah Diciptakan!” :  Anda sudah berhasil membuat blog (Gambar 5)
8. Klik “Mulai Blogging” untuk menulis artikel.
9. Di “Judul” isi kotak dengan judul artikel yang akan ditulis. Contoh: Menulis di Blog
10. Isi kotak di bawahnya dengan artikel. Sebagai contoh, Anda bisa meng-copy dari sini.. Lihat (gambar 6).
11. Klik “Mempublikaikan Posting”
12. Selamat! Anda berhasil membuat blog dan memposting Artikel. (Lihat gambar 7)

Catatan: Untuk memposting artikel berikutnya, Anda tinggal mengklik menu “Posting”. Untuk mengedit tulisan tinggal klik “Edit Posting”


Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7

Read More..
undefined
undefined

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14). Dalam tulisan ini mungkin kami lebih fokus mengenai kecintaan antara lelaki dan wanita, insya Allah.

Pertama, perhatikanlah bagaimana awal hadirnya cintamu itu.
Kecenderungan hati atau rasa cinta itu muncul, terkadang bersama sesuatu yang dibolehkan syariat, namun seringnya muncul bersama sesuatu yang tidak syar’i. Indera adalah pintu menuju hati, apa yang dari pandangan, pendengaran, maka akan masuk dan melekat ke dalam hati kita dan diantaranya muncullah rasa cinta. Misalnya, suatu ketika ada yang melihat atau mengetahui seseorang yang menarik hatinya, jika ini karena sesuatu yang tidak disengajanya insya Allah tidak mengapa, tapi dia tidak boleh melanjutkannya dengan pandangan yang kedua. Rasulullah bersabda:
“…janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya”

Setelah munculnya ketertarikan dari pandangan pertama, adalah godaan yang berat sekali kecuali bagi yang dirahmati Allah, untuk seseorang tidak melanjutkan kepada apa-apa yang jiwanya inginkan utk semakin merekahkan rasa cintanya. Di sini sungguh butuh kesabaran yang luar biasa, bertarung dengan hawa nafsunya yang hina, demi kesucian hatinya. Jika rasa cinta itu muncul dari apa-apa yang tidak disengajanya, lalu berhenti disitu, maka insya Allah tidak mengapa, itulah hiasan yang Allah anugerahi bagi hatinya.

Akan tetapi, banyak orang yang kurang bersabar atas ujian syahwatnya, cinta itu masuk dan tumbuh dari cara-cara yang tidak dibenarkan syariat.

- pertama adalah mereka yang sengaja mengumbar pandangannya atau pencariannya untuk memunculkan rasa cintanya. Apa yang didapatnya itu adalah memang suatu kesengajaan untuk memuaskan hawa nafsunya. Sekalipun setelah itu muncul rasa cinta di hatinya, itu adalah cinta yang maksiat, yang telah didahului oleh sesuatu yang hina yaitu pelampiasan hasratnya atas keindahan-keindahan dunia tanpa mengindahkan syariat.

Allah ta’ala telah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman supaya mereka menundukkan pandangan mereka… Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman agar menundukkan pandangan mereka”. (QS. An-Nur: 30-31)

Betapa pandangan yang diumbar bebas kepada yang diharamkan Allah itu akan mengeraskan hati, karena muncul kecintaan di hatinya kepada apa-apa yang diharamkan itu. Menjadikan hati redup cahayanya, menjadikan ruang-ruang dalam hati itu terisi oleh bisikan-bisikan syahwatnya, menjadikan hati lama kelamaan makin tertutup kotoran sehingga semakin sulit cahaya kebenaran masuk. Al Imam Ibnul Qayyim memiliki tulisan yang sangat bagus mengenai ini dalam Ighatsatul Lahafan.

- yang kedua, yaitu mereka yang mendapati rasa cinta itu dari pandangannya yang pertama yang tidak disengaja, alhamdulillah ini adalah sesuatu yang dibolehkan. Tetapi dia kurang bersabar menahannya dari apa-apa yang dilarang oleh syariat yaitu melanjutkan itu dengan apa yang dilarang. Dia ingin menumbuhkan rasa cintanya itu dengan melanjutkan yang pertama itu dengan yang kedua, dimulai dengan pandangan kedua, lalu mulai menulis, lalu mulai menyapa, lalu mulai berbicara, dan seterusnya hingga ia terbuai oleh rasa cintanya yang semakin bertambah. Di sinilah rasa cinta itu dimasukkan olehnya melalui cara-cara yang menyelisihi syariat Allah.

Sekilas hampir tidak kelihatan perbedaan keadaan orang yang kedua ini, apakah dia itu menumbuhkan cintanya itu demi memenuhi kepuasan hawa nafsunya, ataukah dia melanjutkannya demi mencapai sesuatu yang syar’i, yaitu ta’aruf, lalu melamar dan menikahi. Di antara perbedaannya adalah, bagaimana dia menjaga batas-batas hubungan dan komunikasi itu hanya pada hal-hal yang diperlukan saja baginya untuk memutuskan langkah selanjutnya yang syar’i, dia menjaga dan khawatir akan terjatuh pada fitnah dan kerinduan yang berlebihan kepada seseorang yang bukan haknya. Selain itu, di antara perbedaan itu bisa juga kita lihat dengan mengetahui bagaimana hakikat cinta itu dan kemana dia arahkan cintanya.

Kedua, perhatikanlah bagaimana hakikat cintamu itu.

Perhatikanlah ayat di atas tadi, disebutkan di antara bentuk-bentuk cinta yang Allah anugerahkan pada kita, yaitu wanita, anak-anak, dan harta. Kita tidak perlu gundah gulana dan merasa bersalah jika ia muncul di jiwa dan hati kita, itu adalah cinta tabiat manusia yang asalnya boleh, tinggal bagaimana kita mengelola kecintaan atau kesenangan kita pada itu semua sesuai tuntunan dan tidak melanggar syariat. Allah kemudian mengingatkan bahwa itu semua adalah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Bagaimanapun kita wujudkan kecintaan kita pada hal-hal keduniaan itu, entah dalam hal-hal yang diridhai Allah,maupun dalam hal-hal yang dimurkai Allah -wal’iyyadzubillah-, maka kita pasti akan tinggalkan itu semua dan kita akan kembali kepada Allah. Yang kita bawa bukan apa-apa yang kita cintai itu, tapi amalan yang telah kita perbuat sebagai wujud kecintaan itu tadi.

Ketika hati seseorang dihiasi dengan rasa cinta, maka bagi yang tidak memahami bagaimana cinta yang benar, mereka hanya terbuai oleh kecintaan dunia berupa wanita, anak-anak, dan harta. Bahkan kecintaan itu bisa menjadi kesyirikan jika ia mencintai yang selain Allah seperti atau melebihi kecintaannya kepada Allah. Karena cintanya yang keliru, semua urusan di dunianya dia lakukan demi itu semua, ia halalkan yang haram dan ia haramkan yang halal, dan ia korbankan apa saja demi meraih yang ia cintai itu. Hingga kita lihat seorang wanita atau lelaki menjadi takluk dan pasrah di hadapan kekasihnya, mereka menjalin hubungan tanpa ikatan yang syar’i, atas nama cinta. Tapi sesungguhnya ini adalah cinta yang maksiat.

“…itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. Dari sini dapat pula kita pahami bahwa kecintaan yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya, bagaimanapun kesenangan di dunia itu, tempat kembali yang baik hanya di sisi Allah. Jika kita menyadari ini, maka seluruh hidup kita selayaknya dijalani dan ditujukan hanya dalam kerangka mencintai Allah, demi mendapatkan tempat yang baik disisi-Nya, dan itulah cinta yang sejati. Bahkan Allah jadikan ini sebagai salah satu ciri dari orang-orang yang beriman, karena cinta adalah termasuk dari ibadah hati yang orang-orang beriman pasti beramal dengannya secara benar. Allah berfirman;
“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)
“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.” (HR Bukhari- Muslim)

Di antara bentuk kecintaan yang benar kepada Allah, adalah dengan mencintai kesenangan dunia itu melalui cara atau dengan hal-hal yang dicintai Allah, bukan yang dimurkai Allah. Allah telah menguji kecintaan hamba-Nya;
“Katakanlah, jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
Tentu saja apa yang disunnahkan Rasulullah itu adalah pasti dicintai Allah, karena beliau ‘alaihissholatu wassallam adalah khalilullah, maka itu pantaslah kita mengikuti beliau untuk mendapatkan juga cinta Allah. Sebaliknya, apa-apa yang dilarang oleh Rasulullah adalah hal-hal yang dimurkai Allah, maka kita tinggalkan itu agar kecintaan Allah tidak berubah menjadi kemurkaan-Nya kepada kita.

Ketiga, perhatikanlah kepada siapa cintamu itu.

Jika engkau mencintai kepada yang memiliki kecantikan atau ketampanan saja, atau yang memiliki harta saja, atau pemilik kelebihan lainnya dari dunia ini, sedangkan dia adalah seorang yang penuh kemaksiatan kepada Allah, atau akhlaknya jauh dari tuntunan Nabi, atau jauh dari jalan orang-orang yang dicintai Allah, atau terdapat penyimpangan dalam akidah atau manhajnya, atau menyepelekan syariat-syariat Allah, atau kejelekan-kejelekan lain dari agamanya, maka bagaimanakah bukti kecintaanmu kepada Allah? Dia kurang cintanya kepada Allah dan Allah tidak mencintai apa-apa yang ada pada dirinya, lantas bagaimana bisa engkau bisa mencintainya? kira-kira akan kemanakah tempat kembalinya dia, dan kemanakah tempat kembali dirimu kelak?

Oleh karena itu, ketika engkau mencintai seseorang, maka hendaknya dibangun dalam kerangka kecintaan kepada Allah dan di jalan Allah. Engkau mencintai dia yang padanya terdapat hal-hal yang dicintai oleh Allah, yaitu kesungguhan mengikuti sunnah Rasulullah. Dan engkau mencintainya karena dia adalah seseorang yang sangat cintanya kepada Allah, berupa ketaatannya kepada syariat Allah. Engkau mencintainya karena kebencian dia pada hal-hal kemaksiatan, karena jauhnya dia dari hal-hal yang dibenci oleh Allah. Sungguh indah rumah tangga suami dan istri yang saling mencintai dengan kecintaan yang demikian. Insya Allah mereka tidak hanya saling mencintai di dunia, tapi akan Allah satukan juga cinta mereka kelak di surga Allah, dan itulah tempat kembali yang terbaik disisi-Nya.

Maka perhatikanlah wahai saudaraku, bagaimanakah cintamu itu hadir?
Wallahu a’lam.

Abu Husain Munajat Al-Aruny.

Read More..